bermudamall.com – Bank sentral Amerika Serikat, The Fed, memangkas suku bunga acuan 25 basis poin atau 0,25% pada 17 September 2025.
Langkah ini dipandang sebagai katalis kuat bagi pasar modal Indonesia. Investor menilai penurunan bunga mampu mendorong derasnya aliran modal asing.
Baca Juga : “Pegawai Bank BUMD Jepara Buat 40 Kredit Fiktif, Rugi Rp254 M“
Dampak Pemangkasan Suku Bunga The Fed
Potensi Katalis Positif untuk IHSG
Pengamat pasar modal Reydi Octa menilai, pemangkasan suku bunga menjadi pendorong kuat bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
IHSG berpotensi bergerak bullish jika dibarengi sentimen positif lain, termasuk kebijakan domestik.
Ruang pelonggaran suku bunga Bank Indonesia (BI) juga terbuka lebih lebar dengan kebijakan The Fed ini.
Peningkatan Minat Investor Asing
Menurut Reydi, aliran dana asing semakin besar menuju negara berkembang seperti Indonesia.
Investor global mencari bursa dengan valuasi rendah dan potensi imbal hasil tinggi.
Indonesia menjadi salah satu destinasi utama dengan prospek pertumbuhan ekonomi stabil.
Sektor yang Paling Diuntungkan
Arus modal asing akan memperkuat sektor perbankan, properti, hingga konsumsi dan ritel.
Bank memperoleh margin lebih tebal berkat biaya dana lebih murah.
Sektor properti terbantu meningkatnya kepercayaan terhadap KPR, sementara konsumsi terdorong daya beli lebih kuat.
Kebijakan Bank Indonesia Sejalan dengan The Fed
BI Turunkan BI Rate Jadi 4,75 Persen
Bank Indonesia menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,75 persen pada September 2025.
Penurunan ini diputuskan usai Rapat Dewan Gubernur pada 16–17 September.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut keputusan itu sejalan dengan tren inflasi rendah dan stabilitas Rupiah.
Dampak pada Likuiditas dan Perbankan
BI juga menurunkan suku bunga deposit facility 50 basis poin menjadi 3,75 persen.
Suku bunga lending facility ikut dipangkas 25 basis poin menjadi 5,50 persen.
Kebijakan ini menambah likuiditas perbankan dan mendorong kredit produktif bagi perekonomian nasional.
Fokus BI pada Stabilitas dan Pertumbuhan
Perry menegaskan BI terus memantau prospek inflasi dan nilai tukar.
Jika stabil, BI membuka ruang penurunan bunga lanjutan di masa depan.
Selain itu, perluasan pembayaran digital juga diperkuat untuk menopang pertumbuhan konsumsi domestik.
Implikasi Jangka Panjang bagi Pasar Modal
Dorongan terhadap Pasar Saham Domestik
Turunnya bunga global dan domestik memberi ruang lebih luas bagi investor asing.
Pasar saham Indonesia menjadi lebih kompetitif dibanding negara tetangga.
Peluang ini diperkirakan mengerek volume transaksi dan kapitalisasi pasar.
Sektor Properti Jadi Motor Baru
Properti diprediksi menjadi sektor paling cepat merespons kebijakan ini.
Bunga KPR yang lebih rendah meningkatkan minat masyarakat membeli rumah.
Hal ini memberi efek ganda bagi industri bahan bangunan dan tenaga kerja konstruksi.
Perbankan dan Konsumsi Mendapat Momentum
Bank diuntungkan lewat peningkatan penyaluran kredit produktif.
Sektor konsumsi dan ritel juga bangkit berkat daya beli masyarakat yang meningkat.
Gabungan faktor ini menciptakan ekosistem investasi lebih sehat di Indonesia.
Kesimpulan: Momentum Positif bagi Indonesia
Pemangkasan suku bunga The Fed memberi dampak nyata ke pasar modal Indonesia.
Ditambah dengan kebijakan BI, aliran dana asing diprediksi kian deras.
Ke depan, sektor perbankan, properti, dan konsumsi berpotensi menjadi motor utama pertumbuhan.
Baca Juga : “Prabowo Naikkan Gaji ASN dan Pejabat Negara, Ini Alasannya“




