Kolaborasi Strategis dalam Dunia Aset Digital
bermudamall.com – Tether (USDT), penerbit stablecoin terbesar di dunia, memperluas langkah bisnisnya dengan menggandeng Antalpha untuk membentuk wahana perbendaharaan aset digital baru yang berfokus pada token emas. Kolaborasi ini bertujuan mengumpulkan dana sebesar USD 200 juta atau sekitar Rp 3,31 triliun (dengan asumsi kurs Rp 16.561 per dolar AS).
Upaya ini bukan hanya memperluas portofolio Tether, tetapi juga mempertegas komitmen perusahaan dalam menghadirkan aset digital yang berlandaskan nilai riil.
Baca Juga : “Luhut Tegaskan MBG Jangan Dihentikan, Perlu Perbaikan“
Sinergi Antara Dua Raksasa: Tether dan Antalpha
Tether dikenal sebagai penerbit stablecoin terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar, sementara Antalpha memiliki keterkaitan erat dengan Bitmain, perusahaan raksasa asal Tiongkok yang menguasai lebih dari 80% pasar perangkat keras penambangan Bitcoin global.
Kerja sama ini memperlihatkan strategi jangka panjang keduanya dalam memperkuat ekosistem aset digital. Wahana perbendaharaan yang mereka rancang akan terbuka bagi publik dan berfokus sepenuhnya pada akumulasi aset XAUt. Dengan langkah ini, baik Tether maupun Antalpha berupaya memperluas adopsi tokenisasi emas dalam sistem keuangan digital global.
XAUt: Token Emas yang Semakin Diminati
Token XAUt, yang diluncurkan oleh anak perusahaan Tether pada tahun 2020, kini telah mencapai kapitalisasi pasar sekitar USD 1,5 miliar atau setara Rp 24,85 triliun. Token ini mencerminkan nilai emas fisik yang disimpan di lokasi aman di Swiss, memberikan alternatif investasi digital yang stabil di tengah volatilitas aset kripto tradisional.
Menurut laporan CoinGecko, kapitalisasi pasar XAUt telah meningkat dua kali lipat sepanjang 2025, mencerminkan minat investor global terhadap aset yang dipandang lebih aman di tengah ketegangan geopolitik dan inflasi yang meningkat.
Perluasan Kemitraan dan Layanan Baru
Kerja sama antara Tether dan Antalpha sebenarnya bukan hal baru. Minggu lalu, keduanya telah mengumumkan kemitraan strategis yang mencakup peluncuran layanan pinjaman, kustodian, serta penukaran token berbasis XAUt.
Antalpha juga mengonfirmasi rencana pembukaan brankas di berbagai pusat keuangan dunia. Langkah ini memungkinkan pemegang token untuk menukarkan aset digital mereka dengan emas fisik secara langsung — menjembatani dunia aset digital dan komoditas nyata.
Tether Diversifikasi Bisnis di Luar Stablecoin
Dalam beberapa tahun terakhir, Tether memperluas jangkauan bisnisnya jauh melampaui stablecoin USDT. Perusahaan ini aktif berinvestasi di sektor penambangan Bitcoin, kecerdasan buatan (AI), infrastruktur pembayaran, serta tokenisasi aset riil.
CEO Tether, Paolo Ardoino, menyatakan bahwa emas memiliki nilai penyimpanan jangka panjang yang kuat di tengah ketidakpastian ekonomi global. “Kami percaya emas adalah penyeimbang alami terhadap volatilitas pasar, dan tokenisasi memungkinkan lebih banyak orang memiliki akses yang mudah terhadapnya,” ujarnya dalam pernyataan resminya.
Cadangan Emas Tether Mencapai Rp 144 Triliun
Per Juni 2025, laporan keuangan Tether menunjukkan perusahaan memegang cadangan emas senilai USD 8,7 miliar atau sekitar Rp 144,16 triliun. Jumlah tersebut menempatkan Tether sebagai salah satu entitas swasta dengan kepemilikan emas terbesar di dunia.
Selain itu, Tether juga tengah dalam proses penggalangan dana terpisah senilai USD 20 miliar atau sekitar Rp 331 triliun.
Permintaan Emas Meningkat di Tengah Ketegangan Global
Permintaan global terhadap emas meningkat tajam sepanjang 2025. Berdasarkan data Bloomberg, investasi emas naik 46% secara global, dipicu oleh meningkatnya ketegangan geopolitik dan kekhawatiran terhadap inflasi yang berkelanjutan.
Kondisi ini membuat banyak investor beralih ke aset yang dianggap lebih aman, seperti emas dan token berbasis komoditas nyata. Kenaikan tersebut turut memperkuat posisi Tether dan Antalpha dalam menawarkan produk investasi yang berorientasi pada nilai lindung.
Lonjakan Treasury Aset Digital di 2025
Tahun 2025 menjadi periode pertumbuhan signifikan bagi perusahaan perbendaharaan aset digital. Menurut data pasar, lebih dari 80 perusahaan treasury digital terbentuk sepanjang tahun ini, banyak di antaranya memanfaatkan model merger terbalik atau struktur Special Purpose Acquisition Company (SPAC) untuk meniru strategi publik Strategy Inc. dalam aset kripto.
Tether Tetap Menolak IPO, Fokus pada Inovasi
Meski kompetitornya, Circle, telah melantai di bursa saham dan mencatat kenaikan nilai hingga 500% sejak debut pada Juni 2025, Tether memilih jalur berbeda. Perusahaan menegaskan tidak berencana melakukan penawaran umum perdana (IPO).
Keputusan ini mencerminkan pendekatan konservatif Tether terhadap tata kelola publik dan keuangan terbuka. Ardoino menegaskan bahwa perusahaan lebih memilih fokus pada penguatan ekosistem aset digital daripada tekanan transparansi pasar modal.
Pandangan ke Depan: Emas Sebagai Pilar Baru Ekonomi Digital
Inisiatif Tether dan Antalpha menandai perubahan besar dalam paradigma aset digital global. Dengan menggabungkan stabilitas emas dan efisiensi blockchain, keduanya berpotensi menciptakan standar baru dalam investasi digital.
Langkah ini juga menjadi cerminan tren masa depan, di mana aset berwujud seperti emas, tanah, dan komoditas lainnya akan semakin banyak diintegrasikan ke dalam sistem keuangan terdesentralisasi.
Baca Juga : “Puan Minta Pemerintah Segera Terbitkan Perpres MBG“




